Komunikasi Interpersonal: Manfaat dan Pengaplikasikannya untuk Aktivitas Sehari-hari

WEWAW Indonesia
5 min readOct 12, 2021

Bekal untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada berbagai kesempatan!

Gambar: mentatdgt dari Pexels

WAWgirls, kira-kira, apakah kemampuan berkomunikasi itu bawaan dari lahir atau hal yang dipelajari? Lalu, apa yang menyebabkan sebuah percakapan antara 2 orang atau lebih bisa dinyatakan berhasil?

Kesuksesan sebuah percakapan bukan melulu soal keberanian untuk mengutarakan pendapat saja, tetapi juga cara yang digunakan dalam menyampaikannya. Dalam praktiknya, teman-teman bisa mengaplikasikan komunikasi interpersonal. Konsep ini telah dipaparkan oleh Joseph A. DeVito dalam bukunya yang berjudul “The Interpersonal Communication Book.”

Lalu, ada apa dengan konsep ini? Kata kunci yang perlu teman-teman ingat adalah SALING; seluruh aspek percakapan, baik verbal dan non-verbal saling berhubungan dan memiliki arti yang berkelanjutan. Hasil dari komunikasi yang terjalin adalah hubungan yang berlanjut, saling terikat, hingga bisa menjadi sarana menginspirasi satu sama lain.

Nyatanya, WAWgirls masih punya banyak waktu untuk mempelajari konsep yang akan membawa teman-teman pada keberanian dan kemampuan untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan. Namun, kemahiran komunikasi interpersonal juga harus digabung dengan sikap dalam bertutur supya semua pihak merasakan manfaatnya.

Manfaat dari pengaplikasian komunikasi interpersonal

Hal selanjutnya yang perlu teman-teman ketahui dalam konsep Komunikasi Interpersonal adalah manfaat yang diberikan pada siapa saja yang sedang berhubungan dengan teman-teman. Beberapa di antaranya dapat membantu dalam:

Belajar

Dalam belajar, ada hubungan yang timbal balik; 1 pembicara mengajarkan pengetahuan dan penerima pesan akan mendapat intisarinya. Tidak hanya itu, teman-teman juga bisa mempelajari berbagai karakter; latar belakang, hal yang disukai dan yang tidak disukai, kejadian yang sedang menjadi sorotan di dunia dan lain-lain yang nantinya kembali direfleksikan pada diri masing-masing. Bahan untuk merefleksikannya tentu saja diperoleh dari percakapan dengan orang-orang, seperti pada saat perkenalan, menceritakan kabar, hingga bertukar komentar di sosial media.

Menghubungkan

Gambar: Zen Chung dari Pexels

Konsep ini juga mampu menghubungkan berbagai macam hal kepada orang-orang yang juga memiliki ketertarikan yang sama. Dalam wawancara, hal ini bisa menjadi penilaian di mana teman-teman mampu menyambungkan antara keahlian yang sudah dimiliki dengan deskripsi pekerjaan yang ditawarkan, juga moto perusahaan yang sesuai dengan prinsip hidup teman-teman.

Mempengaruhi

Dengan gaya bicara dan pemilihan bahasa yang tepat, teman-teman bisa menginspirasi orang-orang di sekitar, bahkan khalayak ramai. Poin ini sangat erat kaitannya dengan situasi sekarang di mana akses untuk menyebarkan video, foto, dan media lainnya dalam menunjukkan bakat bisa dengan mudah disebarluaskan secara cuma-cuma. Contohnya, saat teman-teman punya rekomendasi buku nonfiksi yang mempengaruhi kebiasaan baru, pengikut lain di sosial media juga ikut membeli buku yang sama dari foto dan deskripsi yang ditulis.

Menolong

Dengan penuh empati, teman-teman bisa menolong orang-orang di sekitar untuk sekadar memberi nasihat, arah di jalan, hingga tren terbaru. Hal ini juga kerap ditemukan di ruang praktik seorang psikolog dan dokter karena teman-teman akan diberi petunjuk supaya mempunya pikiran dan tubuh yang sehat.

Bermain

Menggunakan humor adalah hal terpenting dalam berkomunikasi, apalagi setelah menjalani satu minggu yang penuh kesibukan. Bermain dalam poin ini juga bisa mengacu pada hiburan yang membuat otak segar. Selain membacakan teka-teki lucu saat sesi ice breaking, teman-teman juga bisa menggunakan fitur tanya-jawab di media sosial untuk aktivitas santai bersama orang-orang di berbagai daerah.

Cara melatih komunikasi interpersonal

1. Berkenalan dengan kemampuan interpersonal

Melalui latihan-latihan ringan berikut:

  • Membuat kategori

Dengan kesadaran penuh, WAWgirls bisa melihat situasi, objek, dan peran masing-masing. Setelah itu, teman-teman bisa menyesuaikan sikap berbicara sesuai dengan memberi kategori atau label yang sesuai. Oleh sebabnya, pemberian label ini pun bisa selalu diganti menurut situasi yang ada.

Contoh: berbicara dengan teman sekelas. Awalnya, dia dikenal sebagai teman satu kelompok saja. Tetapi, karena ada ketertarikan, label “teman” berubah menjadi “gebetan.”

  • Terbuka dengan berbagai informasi baru, termasuk sudut pandang yang berbeda

Dari kemampuan memberi label terhadap situasi saat berjalannya pertukaran informasi, kemampuan tersebut berkembang untuk melihat berbagai sisi informasi yang akan dibicarakan. Dengan terbuka dengan segala jenis informasi, teman-teman dapat mengetahui latar belakang dan memilih pemecahan masalah apa yang tepat.

  • Kesan pertama adalah hal yang sementara

Sejauh teman-teman aktif di komunitas, acara, atau magang, pernahkan teman-teman mempunyai kesan pertama terhadap beberapa orang yang ditemui? Kalau pernah, ada berapa persen kecocokan antara kesan yang kamu punya dan realitanya? Nyatanya, kesan pertama itu tidak selamanya melekat pada pribadi yang teman-teman lihat. Oleh karena itu, perubahan yang sesuai dengan kenyataan pasti terjadi setelah memberi kesan yang di awal tersebut.

Gambar: George Milton dari Pexels

2. Mengetahui 7 komponen komunikasi interpersonal

  • Source-receiver: WAWgirls bisa menjadi sumber informasi dan juga sebagai penerima informasi.
  • Encoding-decoding: WAWgirls bisa menjadi pengirim pesan; telepon, kirim surel, dan sebagainya, dan juga seseorang yang menerima pesan melalui surat-surat yang dibaca atau mendengar dari telepon dan media lainnya.
  • Messages: WAWgirls dan lawan bicara menerima pesan yang disampaikan melalui pilihan kata, gerakan tubuh, dan suara yang bisa diartikan. Dalam situasi di sosial media bisa dilihat dari bagaimana pemilik akun memberi tanda dari pemilihan warna profil dan unduhannya.
  • Channels: jembatan antara source dan receiver. Contoh: nongkrong di coffee shop, duduk di ruang interview, dan fitur Direct Message di sosial media.
  • Noise: penghambat pesan tidak tersampaikan sesuai dengan yang diharapkan. Seperti surel yang ditulis pada surat tidak menggunakan font yang mudah dibaca, ada suara lain dari luar gedung, kemampuan pendengaran yang menurun, pihak yang menyangkal, dan perbedaan pemahaman.
  • Contexts: atau situasi; acara olahraga, konser, rumah makan, rumah sakit, dan lain-lain. Dalam sosial media berdasarkan kegunaannya secara umum; Instagram untuk mengunggah Feed, Story, Live, IGTV, dan Reels, Twitter mengutarakan pemikiran yang sifatnya bisa lelucon dan serius, sedangkan LinkedIn untuk koneksi profesional.
  • Ethics: ada aturan boleh dan tidak boleh. Contoh: menipu dan menyebarkan rahasia.

Pengaplikasian komunikasi interpersonal bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan saat di rumah saja. Percakapan yang terjadi bisa dimulai dari diri sendiri, lalu berlanjut dengan keluarga, teman, tetangga, juga profesional, seperti saat menghadiri job fair, wawancara kerja, sesi one-on-one dengan atasan atau kolega, dan lain sebagainya. Ditambah, teman-teman hidup sudah sangat lekat dengan sosial media, di mana percakapan bisa saja lebih banyak terjadi di media-media yang tersedia daripada tatap muka.

Untuk mengetahui seberapa berhasilnya WAWgirls dalam menggunakan konsep ini, teman-teman bisa mengukurnya berdasarkan manfaatnya untuk belajar, menghubungkan, mempengaruhi, menolong, dan bermain. Ditambah lagi, teman-teman akan mendapat pendampingan eksklusif, intensif, dan GRATIS pada kemampuan yang akan dilatih melalui sesi Mentorship Angkatan 2, persembahan WEWAW yang pendaftarannya masih bisa dilakukan sampai tanggal 17 Oktober 2021. Untuk informasi lebih lanjut, teman-teman dapat mengaksesnya di Instagram @wewaw.id.

--

--

WEWAW Indonesia

Women Empower Women At Work, a social community who helps Indonesia’s young women to pursue career & business ambitions.