Kenyataan Imposter Syndrome dalam Dunia Kerja dan Cara Mengatasinya

WEWAW Indonesia
5 min readOct 14, 2021

Kondisi psikologis yang kerap terjadi di sekitar lingkungan kerja.

Gambar: Eleanor Jane dari Pexels

Sebelum mengenal lebih lanjut tentang fenomena imposter syndrome, setidaknya ada 4 pertanyaan yang bisa WAWgirls gunakan untuk mengetahui gambarannya bila hal ini kerap ditemui saat bekerja:

  • Pernahkah teman-teman merasa sangat marah hanya karena melakukan kesalahan kecil saat sedang melakukan pekerjaan?
  • Apakah teman-teman melihat sukses sebagai keberuntungan atau faktor lain?
  • Reaksi apa yang dilakukan setelah menerima kritik, sekalipun itu membangun?
  • Apakah teman-teman merasa kurang memiliki kemampuan, bahkan di bidang yang teman-teman sangat ahli, namun belum tentu dimiliki juga oleh orang lain?

Dalam kondisi umum, orang yang mengalami imposter syndrome kerap mengenali dirinya sebagai sosok yang ragu akan kemampuannya dan merasa tidak pantas untuk mendapat keberhasilan dan keberuntungan yang sudah diraih. Istilah ini telah dipopulerkan sejak 1978 oleh Psikolog Pauline Clance dan Suzanne Imes. Pada awalnya, penelitian yang mereka lakukan berorientasi pada kalangan wanita mahasiswa pascasarjana, di mana banyak ditemukan bahwa ada perasaan kurang cerdas, berprestasi, dan beruntung di bidang yang sedang ditekuni.

Namun, seiring berjalannya waktu, fenomena ini pun akhirnya mudah ditemui di lingkup kerja, terutama di lingkungan yang menuntut para pekerjanya untuk mahir secara intelektual dan kultur kerja yang menuntut waktu. Maka dari itu, faktor-faktor yang muncul pun lebih kompleks dan saling berhubungan satu sama lain, baik antar pribadi maupun kelompok. Namun ada solusi yang membangun bila sewaktu-waktu imposter syndrome terjadi di sekitarmu.

Penyebab terjadinya imposter syndrome di dunia kerja

1. Stigma yang turun-temurun

Di awal penelitian yang dilakukan oleh Clance dan Imes, imposter syndrome memang dilihat oleh subjek wanita. Namun, dalam penelitian lebih lanjut dan perkembangan zaman, hal ini bisa dialami oleh siapa saja, baik muda maupun tua.

Dalam penjelasan yang dipaparkan oleh Yayasan Pulih, nyatanya wanita kerap mengalami hal ini dikarenakan masih kuatnya stigma di masyarakat mengenai peranan wanita dan pekerjaannya, khususnya yang memiliki peran ganda sebagai wanita karier dan ibu rumah tangga. Oleh sebabnya, penyintas mendapat akses terbatas untuk mempercayai kemampuan yang dimiliki, serta hasil yang sudah dikerjakannya. Stigma ini juga masih melekat di pikiran sesama wanita, lho.

Gambar: Anna Shvets dari Pexels

2. Kurang fleksibel dalam mengambil keputusan

Lagi-lagi, ini soal diam tidak selalu emas. Fenomena ini juga bisa muncul saat ada hal penting yang rahasiakan hanya karena ada ketakutan bahwa pihak yang akan diberi pujian akan tersinggung.

Dalam hal ini, mengambil keputusan secara sepihak dapat merugikan orang-orang di sekitar yang sebenarnya memiliki performa yang cemerlang di kariernya. Padahal, ada banyak sisi yang bisa di ambil saat akan memberi apresiasi bahwa pekerjaan yang telah diselesaikan sudah baik, seperti contoh memberi data atas hasil pekerjaan dan performa pekerja dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Ciri-ciri imposter syndrome ada di sekitar lingkungan kerjamu

Empat pertanyaan di atas bisa WAWgirls jadikan sebagai bahan refleksi saat mau mengambil tindakan untuk memulihkan imposter syndrome, jika dirasa. Berikut adalah gambaran yang bisa saja terjadi dalam kenyataannya:

  • Kemampuan untuk mengapresiasi pencapaian diri yang rendah.
  • Melihat keberhasilan sendiri menjadi milik orang lain yang membantu.
  • Ketakutan menjadi seseorang yang gagal dan tidak memiliki keahlian.
  • Menolak kesempatan yang sebenarnya baik untuk kesuksesan karier.
  • Mengambil proyek sebanyak-banyaknya supaya terlihat “ambisius” dan “sukses”.

Bagaimana cara mengatasi imposter syndrome dalam dunia kerja?

Tentu saja, siapa pun bisa mengambil langkah untuk melawan imposter syndrome di lingkungan kerjanya. Aksi-aksi yang perlu dilakukan sangat sederhana dan mudah, yang berawal dari kebaikan dan kepedulian.

Mengapresiasi hasil kerja

WAWgirls bisa menggunakan 3 kata ajaib; tolong, maaf, dan terima kasih. Dengan menyebutkan hal ini, teman-teman secara tidak langsung telah mempercayai kemampuan kolega lain bahwa mereka bisa membantu kesulitan yang ditemui dan memecahkan masalahnya bersama-sama. Kalau dirasa ada feedback yang perlu dipaparkan, sebaiknya dilakukan dengan pilihan kata yang membangun perkembangan diri dan kariernya.

Lingkungan kerja yang mendukung kesehatan fisik dan mental

Semua orang punya kapasitasnya masing-masing, baik itu waktu, energi, kemampuan, dan lain sebagainya. Untuk membangun lingkungan yang sehat untuk jiwa dan raga, teman-teman bisa memulai diri untuk menjadi pendengar yang baik. Contohnya, teman-teman bisa memberi ide baru namun tetap mengkolaborasi ide-ide lain yang muncul dari teman satu tim. Lalu di akhir sesi, memberi apresiasi kecil seperti mentraktir minuman karena sudah memberi performa yang bagus.

Gambar: George Milton dari Pexels

Budaya kerja yang inklusif

Dalam hal ini, siapa saja mempunyai suara untuk menyampaikan aspirasinya dengan waktu yang adil, menerima dari latar belakang yang berbeda, dan memberi ruang untuk berkembang ke level yang lebih tinggi. Kalau memerlukan kepercayaan diri yang lebih, teman-teman bisa mengadakan pelatihan dengan beragam topik yang berhubungan dengan kinerja dalam karier dan pribadi.

Bekerja sesuai porsinya

Terakhir, hal ini bisa dikhususkan untuk WAWgirls yang menduduki posisi pemimpin. Teman-teman bisa mendelegasikan tugas-tugas kepada rekan kerja lainnya sesuai dengan porsi yang ada di divisi kerja mereka masing-masing. Dengan kata lain, buatlah pekerjaan yang mereka lakukan juga menyenangkan dan tidak melebihi batas waktu, walaupun masih ada tantangan yang harus dilalui.

Imposter syndrome ada di sekitar lingkungan pekerjaan. Hal ini muncul diakibatkan oleh narasi lama yang diturunkan dari generasi ke generasi, namun efeknya tidak memperbaiki keadaan dan juga ketertutupan antara satu pihak dengan yang lain. Untungnya, ada jalan keluar di mana semua orang bisa menjadi versi diri terbaik mereka baik dalam dalam berkarier maupun di seluruh aspek kehidupan.

WAWgirls juga punya kesempatan untuk bangkit dan bersinar dalam aktivitasnya sehari-hari. Apalagi, dengan bergabung di Program Mentorship Angkatan 2 persembahan WEWAW, teman-teman akan dipertemukan oleh para mentor yang dengan senang hati membantu menemukan potensi yang dimiliki. Untuk informasi pendaftaran yang masih dibuka sampai tanggal 17 Oktober 2021, dapat diakses di sini. Sampai jumpa!

--

--

WEWAW Indonesia

Women Empower Women At Work, a social community who helps Indonesia’s young women to pursue career & business ambitions.